Senin, 01 November 2010

INSOMNIA


Kamu tahu apa tentang insomnia?

Saat kamu tak bisa terlelap karena putus cinta?

Ya, hanya karena putus cinta?

Ayolah, itu tak seberapa


Kupikir, insomnia itu

Ketika kamu terkepung oleh mimpi-mimpi

yang tak bisa menunggu waktu

Untuk segera diwujudkan


Dengar, sekarang kutanya lagi,

Kamu tahu apa tentang insomnia?

Saat kamu gelisah di tempat tidur gara-gara over dosis tidur siang?

Lalu apa bedanya dengan tukang jaga warnet di depan gang?

Hanya mengubah siang jadi malam dan malam jadi siang.


Kenapa tidak sekalian saja jadi pelacur?

yang menjelang malam baru bertempur


Kupikir, insomnia itu

Ketika kamu tak bisa tertidur pulas

Karena memikirkan kesengsaraan saudaramu

Karena teringat penderitaan tetanggamu

Yang dekat, ataupun yang jauh


Kamu, iya, kamu.

Tahu apa kamu tentang insomnia?

Sebatas bermalam-malam sulit tidur dengan alasan yang tak jelas?

Kalau begitu, Kenapa tidak pergi ke pos ronda dan minum bandrek bergelas-gelas?

Lalu main kartu gapleh di sana, sampai puas.


Kupikir insomnia itu

Ketika dirimu terbayang-bayang semua orang terkasih

Yang ingin kau senangkan

Kupikir insomnia itu


Ketika dirimu terkenang semua orang tersayang

yang ingin segera kau buat bahagia

Karena bahagia mereka adalah tonggak bahagiamu


__________

Saat malam semakin larut

didampingi hati yang sedikit kalut

Rabu, 16 Juni 2010

Dicaci Maki Namun Diminati Hati... (Dipoyok, Dilebok)

Bandung kembali ke kodratnya semula, dingin… brrr…

Pagi ini saya menyempatkan diri buat nganter Si Bungsu, adik saya yang paling kecil. Hujan rintik-rintik mengiringi kepergian kami dari rumah. Hmn… Apa yah? Hujan pagi-pagi itu seksi, jika saja kalian mau menyadari hal itu. Hehehehe… Pagi ini saya memang harus jadi pengendara yang baik, gak ada rencana kebut-kebutan di pagi buta karena memang jalanan licin.

Tidak ada yang menarik sih di perjalanan tadi pagi itu. Sampai akhirnya kami sampai di jarak 200 meter dari SMP negeri tempat di mana adik bungsu saya kini sekolah. Sekolahan yang dulu juga jadi tempat belajar adik saya yang satunya lagi, dan kakak saya. Hehehe, semua anak ayah dan ibu saya sekolah di situ kecuali saya. Saya mah memang beda dan unik, meski demikian saya tetap rendah hati dan anti membangga-banggakan diri. Hihihihi…

Kembali ke jarak 200 meter dari sekolah adik saya itu, terpampanglah sebuah pemandangan yang membuat mata saya pedih, meradang, dan membuat saya tertawa terbahak-bahak. Sebuah jaket abu-abu lah yang membuat semua itu terjadi. Jaket yang tengah dikenakan oleh seorang siswa, siswa smp tempat adik saya sekolah, oh iya, sekolah kakak dan adik saya yang satunya lagi juga. Dia, siswa berjaket abu-abu itu, sedang berjalan di bawah gemericik hujan kota Bandung di pagi hari. Berjalan kaki dengan seorang temannya. Berjalan kaki seperti puluhan bahkan ratusan siswa lainnya yang akan mengikuti ujian di sekolah mereka, yang mereka cintai itu. Ya, yang adik-adik dan kakak saya cintai juga, sepertinya.

Ada apa di jaket abu-abu itu?

Sebuah tulisan yang mengingatkanku kepada beberapa kawan. Tyas… tentu tulisan ini kudedikasikan untukmu. Oh, tunggu… sepertinya sederet nama juga akan terbawa karena konten dari postingan ini. Sebut saja Muna, Wawa, bahkan mungkin Agung M. Reza…

Tulisan yang kubaca di jaket abu-abu itu menyadarkanku bahwa peribahasa sunda di bawah ini, benar2 tepat. Peribahasa yang berbunyi “dipoyok, dilebok…”

Taukah kamu, apa yang kubaca pagi ini?

Para pembaca yang budiman, sebuah tulisan yang membuatku terpingkal-pingkal itu adalah:

Jeng jreng… jeng jrenggggg….

Adikku menyingkatnya menjadi KRC, yang berarti:

KEONG RACUN COMMUNITYJ

Minggu, 11 Oktober 2009

Your Health Indicator

Agak deg-degan sih buat mem-publish tulisan kali ini, tapi insya Allah niatnya adalah mengkampanyekan hidup sehat.  Saya kasih warning dulu, ya? kalau Anda sedang makan atau sejenisnya, mending dihabiskan dulu saja makannya, baru deh lanjut lagi baca tulisan saya ini.  Kalau dalam perjalanan menyelesaikan tulisan ini Anda tiba-tiba merasa mual, pusing-pusing, atau sejenisnya, segera hentikan aktivitas ini dan beralihlah ke aktivitas yang jauh lebih membuat Anda merasa tenang. Segera ambil napas lewat hidung, kemudian buang perlahan lewat mulut. Hehehe.

 

Lewat tulisan kali ini, saya ingin mengajak para pembaca untuk menjadikan aktivitas BAB sebagai indikator kesehatan Anda. (^.^)v

Mari kita mulai dengan beberapa pertanyaan sederhana berikut ini, waktu pengerjaan tidak dibatasi namun tetap bekerja secara efektif, mohon kerjakan sendiri dan tidak tengok kanan kiri hingga bisa mengganggu teman di samping Anda (hahaha, improvisasi prolog ku sudah lebih baik) (^.^)

1.       Apakah Anda BAB secara rutin?

2.       Berapa hari sekali Anda BAB?

3.       Bagaimana bentuk feses Anda?

4.       Apakah warna feses Anda?

5.       Bagaimanakah suara yang ditimbulkan ketika feses Anda masuk ke dalam genangan air closet?

 

Berikut ini adalah kunci jawabannya:

1.       Anda harus BAB secara rutin

2.       Idealnya, Anda BAB satu kali sehari.

Pastikan bahwa Anda BAB secara rutin, satu kali sehari.  Kalau sampai Anda tidak rutin (tidak satu kali sehari, atau lebih parah lagi: BAB sesekali), sepertinya sudah saatnya Anda jujur kepada diri sendiri tentang makanan yang Anda makan.  Apakah sudah cukup serat?  Kalau anda pengen punya tubuh ideal (entah jadi makin langsing atau makin berisi), yang terpenting itu bukan jumlah makanannya, melainkan sehat atau tidak makanan yang kita konsumsi.  Toh, di balik tubuh ideal itu yang kita inginkan adalah kesehatan. Betul, tidak?  Maka dari itu, pastikan kita mengkonsumsi buah dan sayur setiap hari.  Kalau Anda ingin lebih gemuk, Anda bisa mengkonsumsi sari buah dan sayur (jus tanpa ampas), pengalaman saya sih sari buah bisa merangsang nafsu makan kita jadi berlipat. Sementara itu, kalau Anda ingin lebih langsing, yang perlu dikonsumsi adalah jus buah dan sayur plus ampasnya, karena serat yang dikandung oleh ampas buah bisa jadi mengenyangkan.  Tapi hati-hati juga, kalau Anda BAB berkali-kali dalam sehari, bisa jadi kebanyakan sari buah, tuh… hehehe

3.       Bentuk feses Anda seharusnya mirip buah pisang, tidak terputus dengan diameter 1-2 inchi – panjang 18 inchi (^o^)?, dan feses Anda seharusnya nyaris tidak berbau.  Aroma bau hanya muncul jika sudah terjadi pembusukan di dalam tubuh.

 

4.       Warna feses seharusnya coklat keemasan ^.^

Warna ini diakibatkan oleh bakteri di usus dan cairan empedu dari lever.  beberapa warna yang menandakan kondisi tidak sehat adalah:

·         Hitam (menandakan adanya darah kering pada feses yang disebabkan oleh internal bleeding),

·         Coklat gelap (menandakan kurang asupan serat atau kebanyakan kandungan garam yang kita makan),

·         Kuning, (infeksi Giardia atau sindrom Gilbert),

·         Hijau (akibat terlalu banyak makan sayuran dalam bentuk dedaunan hijau, akibat food coloring, atau karena efek diare),

·         Putih atau pucat (adanya masalah di liver, terlalu banyak meminum barium sulfate, atau karena pengaruh sinar X), dan

·         Merah (karena active bleeding, karena food coloring, atau karena terlalu banyak mengkonsumsi makanan dengan warna alami merah seperti bit)

Kesimpulannya, kalau warnanya tidak coklat keemasan, itu adalah pertanda dari kondisi buruk di tubuh kita.  Segera hubungi dokter, itu penting. ^.^

 

5.       Suara yang ditimbulkan ketika feses Anda masuk ke dalam genangan air closet seharusnya seperti suara yang ditimbulkan oleh seorang perenang ketika memulai perlombaan renang gaya dada.  Smooth, begitulah kira-kira.  Suara ini dihasilkan oleh aktivitas BAB yang nyaris alami, tanpa dorongan sekuat tenaga yang kita keluarkan.

Oke… selesai. Ternyata aktivitas ini bisa jadi indikator kesehatan kita, ya?  Hehehe.

 

Selamat menjalankan hidup sehat.

 

Salam,

-te-

 

Sumber:

http://ezinearticles.com/?Everybody-Poops---What-Your-Poop-May-Be-Trying-to-Tell-You&id=112905

Filosofi Mangga Mengkal

Pada suatu siang sepulang sekolah adik saya, saya menguliti buah mangga yang memang ingin dimakan oleh adik saya sebagai cuci mulut siang itu. Pada kupasan pertama, aroma khas mangga sudah tercium, saya pikir mangga ini sudah cukup matang meskipun sebetulnya daging buahnya masih agak keras.  Hal menarik yang saya dapatkan adalah tentang bagaimana saya menggenggam mangga yang belum terlalu matang itu;  Lebih kokoh di genggaman saya, rasanya.

 

Saya jadi berkhayal, mungkin seperti inilah analogi yang pas untuk nikah muda.

 

Jika menikah muda, maka tentu akan lebih banyak pengalaman hidup dinikmati bersama pasangan.  Seperti mangga muda yang lebih enak kalau diberi bumbu campuran gula (rasa manis), asam (rasa asam), dan tentu saja garam (rasa asin).  Wah, pasti meriah.  Meriah dalam arti kedewasaan pribadi kita terbentuk karena pengalaman, bersama pasangan.  Buat Anda para pendukung nikah muda, jangan dulu senang, karena toh bumbu rujaknya juga bisa ditambah dengan cabe rawit.  Satu rawit masih oke, dua rawit bikin nagih, nah gimana kalau sudah terlalu banyak rawit? Wah… bisa bikin diare kan? 

 

Nah, kalau menikah di saat usia kita sudah tidak muda lagi, yang terjadi mungkin seperti buah mangga yang terlalu matang juga. Mengupasnya bisa jadi merepotkan, tangan belepotan karena biasanya kulit buah menjadi amburadul. Ya sudah, kalau sudah terlalu matang begitu kan disajikan dalam irisan-irisan kecil pun nampaknya tidak cantik.  Lebih baik diblender jadi minuman dingin saja, ditambah gula dan sedikit es batu.  Meskipun hanya bisa diberi gula dan es batu, mari kita lihat, toh dalam perjamuan makan seperti dalam resepsi pernikahan, yang disajikan bukan rujak karena tentu akan merepotkan.  Juice mangga adalah pilihan tepat untuk menampilkan kesan elegan bagi para tetamu.

 

Tunggu dulu, ternyata masih ada jenis mangga yang lain; mangga mengkal.  Mangga dengan daging buah tidak terlalu tua, tidak juga terlalu muda.  Pas, kalau mau diberi taburan cabai kering seperti di penjual buah potong akan tampak menggiurkan, kalau dimasukkan blender dan dibikin minuman manis pelepas dahaga juga tentu rasanya mantap.

 

Sahabat sekalian, menikah tidak semata tentang cinta.  Menikah juga tidak melulu soal nafsu.  Hal yang jauh lebih penting adalah bahwa menikah menghadirkan banyak hak setelah ditunaikannya berbagai kewajiban.  Bicara tentang hak dan kewajiban, kita bicara tentang kapasitas pribadi.  Bicara tentang buah mangga, tentu buah mangga mengkal bisa kita jadikan filosofi.  Mangga mengkal bersifat analog dengan ketepatan dalam memilih waktu untuk berikrar atas nama Sang Maha Cinta.  Ikrar yang menghadirkan hak setelah tunainya kewajiban.  Jika kewajiban masih belum bisa ditunaikan, layakkah kita menerima hak kita?

 

Sebut saja ikrar kita kelak merupakan sebuah gerbang.  Lantas mengapa kita harus menerka-nerka apa yang ada di balik gerbang? Mari kita maknai dulu ikrarnya. Kalau sudah, tentu kita bisa mengukur kapasitas pribadi kita, apakah kita bisa untuk tidak ingkar terhadap ikrar kita?

 

Salam,

-te-