Rabu, 16 Juni 2010

Dicaci Maki Namun Diminati Hati... (Dipoyok, Dilebok)

Bandung kembali ke kodratnya semula, dingin… brrr…

Pagi ini saya menyempatkan diri buat nganter Si Bungsu, adik saya yang paling kecil. Hujan rintik-rintik mengiringi kepergian kami dari rumah. Hmn… Apa yah? Hujan pagi-pagi itu seksi, jika saja kalian mau menyadari hal itu. Hehehehe… Pagi ini saya memang harus jadi pengendara yang baik, gak ada rencana kebut-kebutan di pagi buta karena memang jalanan licin.

Tidak ada yang menarik sih di perjalanan tadi pagi itu. Sampai akhirnya kami sampai di jarak 200 meter dari SMP negeri tempat di mana adik bungsu saya kini sekolah. Sekolahan yang dulu juga jadi tempat belajar adik saya yang satunya lagi, dan kakak saya. Hehehe, semua anak ayah dan ibu saya sekolah di situ kecuali saya. Saya mah memang beda dan unik, meski demikian saya tetap rendah hati dan anti membangga-banggakan diri. Hihihihi…

Kembali ke jarak 200 meter dari sekolah adik saya itu, terpampanglah sebuah pemandangan yang membuat mata saya pedih, meradang, dan membuat saya tertawa terbahak-bahak. Sebuah jaket abu-abu lah yang membuat semua itu terjadi. Jaket yang tengah dikenakan oleh seorang siswa, siswa smp tempat adik saya sekolah, oh iya, sekolah kakak dan adik saya yang satunya lagi juga. Dia, siswa berjaket abu-abu itu, sedang berjalan di bawah gemericik hujan kota Bandung di pagi hari. Berjalan kaki dengan seorang temannya. Berjalan kaki seperti puluhan bahkan ratusan siswa lainnya yang akan mengikuti ujian di sekolah mereka, yang mereka cintai itu. Ya, yang adik-adik dan kakak saya cintai juga, sepertinya.

Ada apa di jaket abu-abu itu?

Sebuah tulisan yang mengingatkanku kepada beberapa kawan. Tyas… tentu tulisan ini kudedikasikan untukmu. Oh, tunggu… sepertinya sederet nama juga akan terbawa karena konten dari postingan ini. Sebut saja Muna, Wawa, bahkan mungkin Agung M. Reza…

Tulisan yang kubaca di jaket abu-abu itu menyadarkanku bahwa peribahasa sunda di bawah ini, benar2 tepat. Peribahasa yang berbunyi “dipoyok, dilebok…”

Taukah kamu, apa yang kubaca pagi ini?

Para pembaca yang budiman, sebuah tulisan yang membuatku terpingkal-pingkal itu adalah:

Jeng jreng… jeng jrenggggg….

Adikku menyingkatnya menjadi KRC, yang berarti:

KEONG RACUN COMMUNITYJ